Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2009

MEMECAH MENGUTUHKAN

Kerja dan fungsi memecah manusia Sujud sembahyang mengutuhkannya Ego dan nafsu menumpas kehidupan Oleh cinta nyawa dikembalikan Lengan tanganmu tanggal sebelah Karena siang hari politik yang gerah Deru mesin ekonomi membekukan tubuhmu Cambuk impian membuat jiwamu jadi hantu Suami dan istri tak saling mengabdi Tak mengalahkan atau memenangi Keduanya adalah sahabat bergandeng tangan Bersama-sama mengarungi jejak Tuhan Kalau berpacu mempersaingkan hari esok Jangan lupakan cinta di kandungan cakrawala Kalau cemas karena diiming-imingi tetangga Berkacalah pada sunyi di gua garba rahasia 1997 (Emha Ainun Nadjib/PadhangmBulanNetDok)

KITA MASUKI PASAR RIBA

Kita pasar riba Medan perang keserakahan Seperti ikan dalam air tenggelam Tak bisa ambil jarak Tak tahu langit Ke kiri dosa ke kanan dusta Bernapas air Makan minum air Darah riba mengalir Kita masuki pasar riba Menjual diri dan Tuhan Untuk membeli hidup yang picisan Telanjur jadi uang recehan Dari putaran riba politik dan ekonomi Sistem yang membunuh sebelum mati Siapakah kita ? Wajah tak menentu jenisnya Tiap saat berganti nama Tegantung kepentingannya apa Tergantung rugi atu laba Kita pilih kepada siapa tertawa (Emha Ainun Najib/1987/PadhangmBulanNetDok)

Kang Karto dan Daeng Kahar

Bagaimana seandainya tanggal 19 Mei 1998 pagi itu Jakarta menjadi jamur api raksasa? Umpamanya di 16 pom bensin di titik-titik strategis Jakarta dipasangi bom yang akan diledakkan atau tidak tergantung kepada gejala perilaku Pak Harto di Istana, yang sedang berunding dengan sembilan orang, antara lain Nurkhalis Madjid, Yusril, Gus Dur dan tokoh-tokoh lain yang diminta Pak Harto untuk hadir atas kesepakatan dengan Cak Nur. Bagaimana kalau berbagai titik tertentu pada posisi jalan tol juga sudah dipasangi bom. Belum lagi umpamanya gedung Graha Purna Yudha yang peletakan bomnya diperhitungkan sedemikian rupa sehingga begitu ia roboh maka jalan Gatot Subroto akan terpotong dan mungkin gedung Polda Metro Jaya tertimpa. Bagaimana kalau umpamanya sekitar 6 kg supersalatin dijadikan bahan dasar untuk penyebaran sumber api dan ledakan itu, umpamanya? Seandainya pagi hari 19 Mei 1998 pukul 10.00 pagi itu terjadi komposisi ledakan di Jakarta, tentu kasihan banyak orang yang menjadi korban, semua

Bukan Sembarang Presiden

Presiden Reformasi Indonesia bukan sembarang Presiden. Sejak bangkitnya bangsa Indonesia melalui Reformasi 1998, kalau ada seorang Presiden terpilih, jangan dipikir itu sekedar hasil Pilpres satu hari hari, melainkan ujung dari sebuah proses panjang. Itu puncak eskalasi struktural dari tingkat masyarakat RT hingga ke puncak kursi kenegaraan. Bangsa Indonesia sudah memiliki pengalaman peradaban selama berpuluh-puluh abad untuk memilih pemimpinnya. Pemilihan Presiden di abad 21 ini jauh lebih sederhana karena sekedar melibatkan penduduk atau warganegara. Sedangkan pengalaman sejarah bangsa Indonesia pernah membawa mereka memilih pemimpin tertingginya dengan melibatkan Nyi Roro Kidul, Walisongo, ruh-ruh leluhur, pasukan lebah, lembu atau kerbau, bahkan untuk sebagian secara sembunyi-sembunyi juga melibatkan masyarakat rekanan hidup manusia yang dikenal dengan nama Jin. Sejak Reformasi di akhir abad 20, bangsa Indonesia sudah benar-benar menjadi dewasa. Maka skala demokrasi modern mereka c

Membaca dan Selimut

Kiai Sudrun berkata kepada cucunya, seorang sarjana yang tadi siang diwisuda. "Di zaman dahulu kala terdapatlah makhluk yang bernama Kebudayaan Barat. Pada masa itu tak ada barang di muka bumi ini yang dikutuk orang melebihi kebudayaan barat sehingga ia dianggap sedikit saja lebih baik dari anjing kurap. Pada masa itu pula tak ada sesuatu pun dalam kehidupan yang dipuja orang melebihi kebudayaan barat sehingga terkadang ia melebihi Tuhan." "Ini kisah aneh apa lagi?" bertanya sang cucu. "Kaum Muslim pada waktu itu sedang mencapai puncak semangatnya untuk memperjuangkan agamanya, menemukan identitas dan bentukan kebudayaannya sendiri," si kakek melanjutkan, "Maka dipandanglah kebudayaan barat itu oleh mereka dengan penuh rasa najis, serta dipakailah barang-barang kebudayaan barat itu dengan penuh rasa sayang dan kebanggan." "Lagi-lagi soal kemunafikan!" "Tak penting benar soal kemunafikan itu dalam kisah ini," jawab Kiai Sudrun,

BOO KEBO!

Lawakan sahabat kita itu sebenarnya amat serius. Dengan gaya amat santai dia mengungkapkan secara jitu soal - soal politik dan kepemimpinan. Itu terjadi di sebuah acara di kota Bandung. "Saudara - saudara sebangsa setanah air!" ucapnya, "kumpul kebo sungguh baik dan merupakan pilihan saya dalam pengelolaan tugas - tugas saya. Marilah kita selalu kumpul dengan kebo, baik kebodohan, kebohongan maupun kebobrokan..." Acara itu menjadi amat semarak. Namun, pada hari - hari sesudah acara, saudara kita itu tidak nampak batang hidung maupun ekornya. Orang- orang mencari ke sana kemari, bahkan sampai ke kandang - kandang kebo, tak ketemu. Saya sendiri menjadi sangat khawatir. Jangan jangan ia disruduk oleh seekor atau beberapa ekor kebo, atau setidaknya hidungnya dicocok seperti kebanyakan kebo. Tak bisa saya berbuat apa - apa atas hilangnya sahabat kita itu. Akhirnya saya hanya berdoa semoga ia selamat dari kebonyokan- kebonyokan tertentu di waja

Sang Maha Penganugerah

Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku Di malam dan siang telingaku mendengar desir lembut suara malaikat-Mu yang mendendangkan nyanyian-Mu yang melezatkan jiwaku Di siang dan malam mripatku menyaksikan rahmat-Mu bertaburan dari langit beribu penjuru. Jika Engkau bukan Sang Maha Tanpa Pamrih pastilah bangkrut aku Jika atas segala anugerah-Mu harus kupersembahkan balasan, maka tiadalah yang akan mampu aku persiapkan. Segala yang tergenggam di tanganku adalah milik-Mu, bahkan tak juga kumiliki diriku sendiri, karena Engkaulah Maha Empunya semuanya ini. Maka jika kupasrahkan seluruh jiwa ragaku bukanlah aku memberikan sesuatu kepada-Mu, melainkan sekedar menyampaikan hak-Mu. Dan jika aku memberikan sesuatu kepada keluargaku, kepada para tetangga dan sekalian orang di dalam jangkauanku, tak lain itu hanyalah menyalurkan milik-Mu, agar sampai pada akhirnya ke haribaan-Mu. Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku Engkau Maha Memberi, tanpa meminta: aku lah yang membutuhkan penyer

Trotoar Buat Manusia

Aku melihatmu berdiri di tepi jalan raya Tapi aku tahu sebenarnya engkau tak berdiri, engkau adalah sehelai daun tua yang melayang-lauang oleh hembusan angin besar Engkau tercampak dari sudut ke sudut, dari parit ke parit, dari kegalauan ke ketidakmenentuan Caramu berdiri gamang, kerut merut wajahmu tak kuasa menahan desakan-desakan jiwa tersembunyi, dan sorot matamu memandang tak ke mana-mana selain ke balik rahasia sajak dukamu sendiri Dimanakah engkau bisa temukan hamparan tanah untuk mendirikan rumah buat hati puisimu yang lunglai? Pembangunan tak mendukung manusia, kantor dan toko- toko tak menghendakinya, kendaran di jalanan tak menghampirinya Kekuasaan di tengkukmu tidak menyangga janji-janjinya sendiri, kertas-kertas birokrasi memeras alam dan darah berjuta saudara-saudarimu, untuk secara sejarah menyelenggarakan bunuh diri Aku melihatmu berdiri di tempat yang tak menghendakimu berdiri, aku melihatmu berdiri di te

Anak-anak yang Diyatimkan

Dzu Walayah lenyap dari rumah kediamannya tanpa seorang pun mengerti ke mana ia pergi, terkadang bahkan dalam waktu yang lama sekali. Ia selalu berpamit kepada istrinya dengan kata-kata yang sukar dipahami, "Aku wajib meluangkan waktu untuk menemui saudara-saudaraku dalam sunyi!" Orang-orang, karena amat sibuk oleh kerja, uang dan gengsi, tak pernah punya kesempatan untuk mengenali siapa sebenarnya ia. Sebagian menyimpulkan ia gila, sebagian lain menyebutnya sebagai orang yang gemar mencari perkara, lainnya lagi beranggapan bahwa ia adalah lelaki yang suka berkhalwat dan bergaul dengan rasa derita. Aku membuntuti Dzu Walayah di suatu siang yang amat terik, berjalan menyusuri jalanan, berpakaian kumuh, tak memakai alas kaki dan wajahnya bagai orang kesakitan. Ini adalah zaman modern yang efisien dan efektif di mana setiap orang memusatkan diri pada pencarian kejayaan dan kemegahan: oleh karena itu terhadap perangai lelaki itu aku sungguh penasaran. Di suatu lorong yang sepi ti

Nyata dan Tidak Aneh

Kalau Anda menggenggam sebutir telor, dan beberapa puluh detik kemudian telor itu menjadi matang... Kalau Anda mengikat roda kereta api, dan tali pengikat itu Anda gigit kemudian roda itupun terangkat dan Anda ayun-ayunkan... Kalau ayam Anda dicuri oleh maling, dan Anda nge-sot : "Kalau dalam waktu sehari semalam ayam tak dikembalikan, si maling akan lumpuh!" -- sehingga ia lumpuh benar-benar... Kalau Anda mengisikan jarum, pisau atau keranjang ke dalam perut seseorang yang Anda benci atau cemburu... Kalau Anda letakkan telapak tangan dua sentimeter di atas meja dan Anda angkat meja itu tanpa menyentuhnya... Kalau anda memangkas nyala api dan membelah air... Kalau Anda memimpin rapat penting semalam suntuk, dan pada saat yang sama Anda beredar bersama kelompok siskamling... Kalau Anda mengucapkan Assalamu'alaikum kepada seekor anjing dan anjing itu menjawab dengan gerak tubuhnya, atau Anda ,menatap mata harimau sehingga ia berlari tunggang langgang... Kalau anda tahu pers

Doa Kubangan

Di dalam tasbihnya, para Malaikat Allah senantiasa mendendangkan rasa iba mereka kepada manusia: "Ya Allah, jika mereka menjahati sesamanya karena kejahatan, perintahkanlah kami untuk mencuci jiwa mereka, karena untuk hati jahat kami tidak berani memohonkan ampunan bagi mereka kepada-Mu. Namun jika mereka mengingkari-Mu karena kebutaan dan kebodohan, turunkanlah ampunan-Mu yang berupa cambuk yang membangunkan akal mereka" "Ya Allah selamatkanlah manusia dari ketidakmengertian mereka atas diri mereka sendiri serta dari ketidakpahaman pergaulan di antara sesama mereka, sehingga mereka saling menghisap dan menghardik, memukul serta menginjak satu sama lain" Namun seringkali para Malaikat itu tersenyum sendiri dan bergumam: "Ya Allah, apakah Engkau pernah memberi wewenang kepada sejumlah manusia untuk berperan sebagai Engkau, sehingga semua manusia lainnya hanya Engkau perkenankan untuk patuh kepada sejumlah orang itu, tidak Engkau izinkan untuk bertanya dan Engkau

YANG DATANG

Yang datang dengan ketulusan akan bertatapan dengan wajahku yang sejati Yang datang dengan kecurigaan akan tersesat ke dalam semak-semak Yang datang dengan kekeruhan Baginda Khidir akan memain-mainkan kegelapan di matanya Yang datang dengan kebencian Kanjeng Sunan Bonang akan menggigilkan sukmanya Yang datang dengan kebodohan yang dieman-eman Pangeran Ali akan menyembunyikannya di balik tembok Yang datang dengan permusuhan malaikat Syakhlatus-Syams akan mengikat tangannya Tetapi yang datang dengan kemesraan akan terangkut oleh gelombang lagu Daud 1994 (Emha Ainun Nadjib/Doa Mohon Kutukan/Risalah Gusti/1995/PadhangmBulanNetDok)

ISLAM KOK NDAK EKSTREM

Yang bahaya dan ditakuti oleh penguasa bumi ini bukan Kaum Muslimin atau Ummat Islam. Yang kuat dan hebat juga bukan Ummat Islam. Tidak ada yang perlu ditakuti dari Ummat Islam. Biarpun Israel hanya sekabupaten yang bertetangga dengan sepropinsi negara-negara Islam, si kabupaten bisa berbuat apa saja. Jangankan sekedar mengurung Yasser Arafat di dalam metoda Khondaq, jangankan sekedar mengancam dan mengebom Masjidil Aqsha, sedangkan kalaupun Ka’bah di Mekah dan Masjid Nabawi diduduki oleh kumpulan pasukan-pasukan penguasa dunia – akan tidak banyak yang bisa diperbuat oleh Ummat Islam. Ummat Islam di timur tengah hidup dalam negara-negara suku yang secara ideologis dan sosiologis menyalahi prinsip universalisme-plural (rahmatan lil’alamin) yang merupakan inti ajaran Rasulullah Muhammad saaw. Ada kerajaan suku Arab Saudi, kerajaan suku Yordan, Kuwait, dlsb. Para khotib Jum’at selalu menyatakan rasa syukur “Kita panjatkan puja dan puji kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saa