MAIYAH PERAMPOK
Mau ke mana kamu
Kiri kanan tembok
Ke belakang ada jurang
Ke depan dikejar hutang
Pergi ke masa depan yang mana kamu
Perjalananmu dipimpin perampok
Di depan sana kamu ditunggu berbagai kelompok
Yang masing-masing siap menjadi perampok
Kamu dihadang oleh daftar kesengsaraan baru
Orang yang mewakilimu menjualmu
Orang yang kamu percaya mengkhianati cintamu
Karena kamu tak mau belajar apa yang sebenarnya kamu tunggu
Perampok-perampok bergilir memperkosamu
Janji mereka kamu bayar dengan darah bahkan mautmu
Kemudian tetap kamu junjung-junjung di pundakmu
Bahkan terus saja kamu bersujud bersimpuh dengan dungu
Perampok-perampok berbaju malaikat
Perampok-perampok berludah ayat-ayat
Perampok-perampok mencuri jubah kebesaran Tuhan
Yang lain berbaris jadi pengemis dan pekatik
Perampok-perampok berwajah demokrasi
Berkaki kepentingan, bertangan keserakahan
Perampok-perampok mengelus rambutmu dengan cinta
Kemudian menikam punggungmu dengan dengki dan santet
Delapan tahun silam kubilang perahu sudah retak
Lima tahun kemudian kelasi diganti
Perahu retak perahu oleng perahu bocor
Dan setiap kelasi yang baru berlomba menambah bocoran-bocoran
Politik hanya kepentingan
Demokrasi adalah persepsi atas dasar kebencian
Pemilu adalah perebutan buah kuldi
Yang memelorotkan derajat Adam dari sorga ke kehinaan dunia
Mau ke mana kamu
Berpikir untuk juga menjadi perampok
Mengacau negeri ini agar secepatnya membusuk
Atau menguasainya, atau meninggalkannya
Mau ke mana kamu
Di mana gerangan harapan kini bersemayam
Kalau yang sesungguhnya engkau lawan
Adalah kotoran di dalam dirimu sendiri
Tokoh-tokoh yang kau benci
Sebenarnya mainstream dari arus napsumu sendiri
Sementara tokoh-tokoh yang engkau cintai
Kamu perbudak agar membukakan lapangan kerakusanmu
Jadi, berhati-hatilah, jangan percaya kepadaku
Waspadalah kepada setiap yang kukatakan kepadamu
Tak semua diriku bisa kuperkenalkan melalui kata-kata
Sebab beo, komputer dan tape recorder pun gampang membohongimu
Kuajak kamu melingkar, bernyanyi,
Menata hati, menjernihkan pikiran
Belajar dewasa dalam perbedaan
Belajar arif dalam lingkaran keberagaman
Berlatih memohon agar Tuhan menjadi penghuni utama hati
Menjadikan seluruh rakyat sebagai subyek utama dari fungsi akal
Latihan bergembira, latihan tenteram, latihan tak berputus asa
Kita bangun negeri akal, negeri orang dewasa, negeri nurani
Menemukan Indonesia yang sejati
Dan jika yang bernama Indonesia ini tak menerimanya
Tetap cintailah ia. Buka hati dan kesabaranmu
Untuk memaafkannya dan mendengarkan keluhannya
Jogja 17 Juli 2002
(Emha Ainun Nadjib/"Mocopat Syafaat 17 Juli 2002"/PadhangmBulanNetDok)
Kiri kanan tembok
Ke belakang ada jurang
Ke depan dikejar hutang
Pergi ke masa depan yang mana kamu
Perjalananmu dipimpin perampok
Di depan sana kamu ditunggu berbagai kelompok
Yang masing-masing siap menjadi perampok
Kamu dihadang oleh daftar kesengsaraan baru
Orang yang mewakilimu menjualmu
Orang yang kamu percaya mengkhianati cintamu
Karena kamu tak mau belajar apa yang sebenarnya kamu tunggu
Perampok-perampok bergilir memperkosamu
Janji mereka kamu bayar dengan darah bahkan mautmu
Kemudian tetap kamu junjung-junjung di pundakmu
Bahkan terus saja kamu bersujud bersimpuh dengan dungu
Perampok-perampok berbaju malaikat
Perampok-perampok berludah ayat-ayat
Perampok-perampok mencuri jubah kebesaran Tuhan
Yang lain berbaris jadi pengemis dan pekatik
Perampok-perampok berwajah demokrasi
Berkaki kepentingan, bertangan keserakahan
Perampok-perampok mengelus rambutmu dengan cinta
Kemudian menikam punggungmu dengan dengki dan santet
Delapan tahun silam kubilang perahu sudah retak
Lima tahun kemudian kelasi diganti
Perahu retak perahu oleng perahu bocor
Dan setiap kelasi yang baru berlomba menambah bocoran-bocoran
Politik hanya kepentingan
Demokrasi adalah persepsi atas dasar kebencian
Pemilu adalah perebutan buah kuldi
Yang memelorotkan derajat Adam dari sorga ke kehinaan dunia
Mau ke mana kamu
Berpikir untuk juga menjadi perampok
Mengacau negeri ini agar secepatnya membusuk
Atau menguasainya, atau meninggalkannya
Mau ke mana kamu
Di mana gerangan harapan kini bersemayam
Kalau yang sesungguhnya engkau lawan
Adalah kotoran di dalam dirimu sendiri
Tokoh-tokoh yang kau benci
Sebenarnya mainstream dari arus napsumu sendiri
Sementara tokoh-tokoh yang engkau cintai
Kamu perbudak agar membukakan lapangan kerakusanmu
Jadi, berhati-hatilah, jangan percaya kepadaku
Waspadalah kepada setiap yang kukatakan kepadamu
Tak semua diriku bisa kuperkenalkan melalui kata-kata
Sebab beo, komputer dan tape recorder pun gampang membohongimu
Kuajak kamu melingkar, bernyanyi,
Menata hati, menjernihkan pikiran
Belajar dewasa dalam perbedaan
Belajar arif dalam lingkaran keberagaman
Berlatih memohon agar Tuhan menjadi penghuni utama hati
Menjadikan seluruh rakyat sebagai subyek utama dari fungsi akal
Latihan bergembira, latihan tenteram, latihan tak berputus asa
Kita bangun negeri akal, negeri orang dewasa, negeri nurani
Menemukan Indonesia yang sejati
Dan jika yang bernama Indonesia ini tak menerimanya
Tetap cintailah ia. Buka hati dan kesabaranmu
Untuk memaafkannya dan mendengarkan keluhannya
Jogja 17 Juli 2002
(Emha Ainun Nadjib/"Mocopat Syafaat 17 Juli 2002"/PadhangmBulanNetDok)
Komentar
Posting Komentar