BAU DEMOKRASI
Bau yang keluar dari mulut saya ini, kata-kata yang terungkap dari bibir saya ini, ungkapan yang nongol dari cocor saya ini, terkadang busuk terkadang wangi. Itu karena yang keluar memang asli busuk atau asli wangi. Atau terkadang tergantung kondisi mulut saya sendiri. Mungkin kata-kata saya busuk, tapi karena mulut saya wangi, maka keluarnya wangi. Atau kata-kata saya wangi, namun karena mulut saya busuk, maka produknya busuk juga.
Nah, tolong jangan lupa di saat lain wangi busuknya segala yang keluar dari mulut saya tergantung pada situasi hidung Anda. Mungkin yang ungkapkan busuk, tapi karena lubang hidung Anda ada parfumnya, maka terasa wangi. Atau sebaliknya, yang saya ungkapkan wangi, tapi karena hidung Anda ketempelan bau busuk -- misalnya karena Anda selalu sibuk mengurusi ayam-ayam di kandang --
maka kata-kata saya menjadi terasa busuk pula.
Tapi itulah resiko demokrasi. Itulah kemungkinan-kemungkinan bau demokrasi.
(Emha Ainun Nadjib/Seri PadangBulan (189)/1999/PadhangmBulanNetDok)
Nah, tolong jangan lupa di saat lain wangi busuknya segala yang keluar dari mulut saya tergantung pada situasi hidung Anda. Mungkin yang ungkapkan busuk, tapi karena lubang hidung Anda ada parfumnya, maka terasa wangi. Atau sebaliknya, yang saya ungkapkan wangi, tapi karena hidung Anda ketempelan bau busuk -- misalnya karena Anda selalu sibuk mengurusi ayam-ayam di kandang --
maka kata-kata saya menjadi terasa busuk pula.
Tapi itulah resiko demokrasi. Itulah kemungkinan-kemungkinan bau demokrasi.
(Emha Ainun Nadjib/Seri PadangBulan (189)/1999/PadhangmBulanNetDok)
Komentar
Posting Komentar