Santri dan Modernisasi (ii)
Etos Santri
Sesungguhnya dengan "etos santri", kaum santri adalah penghuni garda depan dan proses sejarah peradaban manusia.
Etos Santri memuat watak kegairahan dan keterbukaan terhadap ilmu, kemandirian, kemerdekaan dan sikap eksploratif, kasih dan santun mengkhaiifahi proses sejarah yang menyangkut manusia dan alam ; belum lagi substansi-substansi mendasar yang harus digenggam dengan sendirinya : taqwa, tawakal, iklas, muthi' ilallah, dan seterusnya.
Kegairahan dan keterbukaan terhadap ilmu : Islam adalah shirath, thariq, syari', menglslam adalah melakukan perjalanan pengetahuan yang dinamis terus-menerus. Seiap Muslim memahami dan mengantisipasi (berguru, bersekolah) dialektika antara realitas alam (hakekat) dengan realitas sosial (syari'at), menyelenggarakan dan mengolah rekayasa-rekayasa, strategi (thariqat) seperti ide desa, negara, ideologi, sistem, metodologi dst. agar dicapai terminal-terminal pengetahuan dan pengalaman (ma'rifat) baik pada level ilmu, kesejahteraan hidup maupun liqaa-u rabb.
Rumusnya jelas: Iqra' bismi rabb. Lihatlah betapa tertinggalnya Kaum Santri dalam ber-iqra'. justru para pelaku Era Modem menang ber-iqra betapapun gagal bismi rabb, sehingga ilmu pengetahuan yang telah ia capai tidak berma'rifat illalah, bahkan teknologi, industri dan konsurni mereka tidak menjadi hasanah fiddunyya wal-akhirah, tidak merupakan baldah thayyibah yang ber-rabbun ghaur, penuh polusi fisik, psikologis, kultural dan spiritual, karena tidak seorientasi dengan metabolisme alam sunnatullah) yang bebas polusi/residu.
(bersambung)==>
(Emha Ainun Nadjib/ "Nasionalisme Muhammad" - Islam Menyongsong Masa Depan / Sipress / 1995 / PadhangmBulanNetDok)
Sesungguhnya dengan "etos santri", kaum santri adalah penghuni garda depan dan proses sejarah peradaban manusia.
Etos Santri memuat watak kegairahan dan keterbukaan terhadap ilmu, kemandirian, kemerdekaan dan sikap eksploratif, kasih dan santun mengkhaiifahi proses sejarah yang menyangkut manusia dan alam ; belum lagi substansi-substansi mendasar yang harus digenggam dengan sendirinya : taqwa, tawakal, iklas, muthi' ilallah, dan seterusnya.
Kegairahan dan keterbukaan terhadap ilmu : Islam adalah shirath, thariq, syari', menglslam adalah melakukan perjalanan pengetahuan yang dinamis terus-menerus. Seiap Muslim memahami dan mengantisipasi (berguru, bersekolah) dialektika antara realitas alam (hakekat) dengan realitas sosial (syari'at), menyelenggarakan dan mengolah rekayasa-rekayasa, strategi (thariqat) seperti ide desa, negara, ideologi, sistem, metodologi dst. agar dicapai terminal-terminal pengetahuan dan pengalaman (ma'rifat) baik pada level ilmu, kesejahteraan hidup maupun liqaa-u rabb.
Rumusnya jelas: Iqra' bismi rabb. Lihatlah betapa tertinggalnya Kaum Santri dalam ber-iqra'. justru para pelaku Era Modem menang ber-iqra betapapun gagal bismi rabb, sehingga ilmu pengetahuan yang telah ia capai tidak berma'rifat illalah, bahkan teknologi, industri dan konsurni mereka tidak menjadi hasanah fiddunyya wal-akhirah, tidak merupakan baldah thayyibah yang ber-rabbun ghaur, penuh polusi fisik, psikologis, kultural dan spiritual, karena tidak seorientasi dengan metabolisme alam sunnatullah) yang bebas polusi/residu.
(bersambung)==>
(Emha Ainun Nadjib/ "Nasionalisme Muhammad" - Islam Menyongsong Masa Depan / Sipress / 1995 / PadhangmBulanNetDok)
Komentar
Posting Komentar