Santri dan Modernisasi (iii)
Tentang Kemandirian :
Kaum Santri sudah menjadi bagian pokok dari al-mudattsirun atau Kaum Berselimut
alias Kaum Yang Terselimuti secara politis, ekonomis dan kultual.
So, qum! Berdirilah. Mandirilah di sebanyak mungkin aspek : Abad ke 21 adalah abad kaum wiraswastawan.
Hanya dengan qiyarn kaum santri sanggup memenuhi seruan Fa-andzir! Hanya-dengan kemandirian sanggup menemukan ilmunya sendiri yang relevan dan berakar alias fi aqdaail urnmahat atau ilmu dari "rahim ibu" sendiri, sanggup menciptakan pekerjaan sendiri, sanggup berukhuwah mengatasi sejarah. Kaum santri memiliki kemungkinan untuk melakukan fungsi indzar (berdakwah oral, berdemonstrasi, menegur bupati, bikin Parpol baru, memilih Presiden yang sungguh-sungguh ahlul amanah, menciptakan jamaah ekonomi, sosial, budaya politik dsb).
Lantas tentang kemerdekaan dan sikap eksploratif. Islam itu beda dengan "salam yang pasif. Karena Islam adalah "kata kerja". Islam adalah pembebasan, pemerdekaan. Islam adalah kondisi merdeka yang memerdekakan : la ikraha fiddin. Islam bukan kepandaian (yang tolol) yang melulu hanya dijadikan alat untuk mengkafir-kafirkan, menajis-najiskan dan mengharam-haramkan; tetapi melakukan perubahan dengan cara melalui irama dan ketepatan transformasi, dari kondisi kufur, najis dan haram - bilhikmah wa-lmau'idhatil hasanah menuju "cahaya" Allah. Seluruh urusan dalam diri sendiri dan lingkungan sejarah dibuat peka terhadap nur, materi ke energi lalu ke cahaya.
Untuk itu semua tak ada yang mampu menganjurkan eksplorasi melebih dari Islam. Siapakah ilmuwan muslim, cendekiawan muslim. Doktor-doktor muslim yang terbiasa mengajari kita pengetahuan dan analisis tentang tahap-tahap Islam melalui substansi empirik peradapan Hud, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa hingga Muhammad? Ilmu dan pengetahuan kita tentang masalah tersebut temyata masih tingkat Sekolah Dasar terus.
Kemudian, kasih dan santun terhadap manusia dan alam ? Kaum santrilah penggenggam utama 'ilmullah tentang rahmatan Kaum santrilah yang seharusnya pertama-ma mengajari dunia tentang ekologi dan ekosistern, tentang demokrasi kaffah, hak azasi, yang memperhatikan tidak saja kepentingan manusia namun juga makhluk seluruh alam ini. Kaum santrilah yang semestinya menjelaskan kepada dunia apa sesungguhnya kemenangan Sulaiman atas Bulkis, apa substansi hubb Isa dan haqq Musa dan managemen hubb-haqq model Muhammad saw.Dan akhimya penjelasan ilmiah tentang tawakkal, ikhlas (Qul huwallahu ahad kok judulnya "Al-Ikhlas"), stratifikasi kualitatif Fiqih - Akhlaq - Taqwa, futurologi Al-Hasyr, atau detail-detail An-Naml, Al-'Ankabut dst, dari siapakah kita dambakan kalau tidak dari mulut harum kaum santri ?
(bersambung)==>
(Emha Ainun Nadjib/ "Nasionalisme Muhammad" - Islam Menyongsong Masa Depan / Sipress / 1995 / PadhangmBulanNetDok)
Kaum Santri sudah menjadi bagian pokok dari al-mudattsirun atau Kaum Berselimut
alias Kaum Yang Terselimuti secara politis, ekonomis dan kultual.
So, qum! Berdirilah. Mandirilah di sebanyak mungkin aspek : Abad ke 21 adalah abad kaum wiraswastawan.
Hanya dengan qiyarn kaum santri sanggup memenuhi seruan Fa-andzir! Hanya-dengan kemandirian sanggup menemukan ilmunya sendiri yang relevan dan berakar alias fi aqdaail urnmahat atau ilmu dari "rahim ibu" sendiri, sanggup menciptakan pekerjaan sendiri, sanggup berukhuwah mengatasi sejarah. Kaum santri memiliki kemungkinan untuk melakukan fungsi indzar (berdakwah oral, berdemonstrasi, menegur bupati, bikin Parpol baru, memilih Presiden yang sungguh-sungguh ahlul amanah, menciptakan jamaah ekonomi, sosial, budaya politik dsb).
Lantas tentang kemerdekaan dan sikap eksploratif. Islam itu beda dengan "salam yang pasif. Karena Islam adalah "kata kerja". Islam adalah pembebasan, pemerdekaan. Islam adalah kondisi merdeka yang memerdekakan : la ikraha fiddin. Islam bukan kepandaian (yang tolol) yang melulu hanya dijadikan alat untuk mengkafir-kafirkan, menajis-najiskan dan mengharam-haramkan; tetapi melakukan perubahan dengan cara melalui irama dan ketepatan transformasi, dari kondisi kufur, najis dan haram - bilhikmah wa-lmau'idhatil hasanah menuju "cahaya" Allah. Seluruh urusan dalam diri sendiri dan lingkungan sejarah dibuat peka terhadap nur, materi ke energi lalu ke cahaya.
Untuk itu semua tak ada yang mampu menganjurkan eksplorasi melebih dari Islam. Siapakah ilmuwan muslim, cendekiawan muslim. Doktor-doktor muslim yang terbiasa mengajari kita pengetahuan dan analisis tentang tahap-tahap Islam melalui substansi empirik peradapan Hud, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa hingga Muhammad? Ilmu dan pengetahuan kita tentang masalah tersebut temyata masih tingkat Sekolah Dasar terus.
Kemudian, kasih dan santun terhadap manusia dan alam ? Kaum santrilah penggenggam utama 'ilmullah tentang rahmatan Kaum santrilah yang seharusnya pertama-ma mengajari dunia tentang ekologi dan ekosistern, tentang demokrasi kaffah, hak azasi, yang memperhatikan tidak saja kepentingan manusia namun juga makhluk seluruh alam ini. Kaum santrilah yang semestinya menjelaskan kepada dunia apa sesungguhnya kemenangan Sulaiman atas Bulkis, apa substansi hubb Isa dan haqq Musa dan managemen hubb-haqq model Muhammad saw.Dan akhimya penjelasan ilmiah tentang tawakkal, ikhlas (Qul huwallahu ahad kok judulnya "Al-Ikhlas"), stratifikasi kualitatif Fiqih - Akhlaq - Taqwa, futurologi Al-Hasyr, atau detail-detail An-Naml, Al-'Ankabut dst, dari siapakah kita dambakan kalau tidak dari mulut harum kaum santri ?
(bersambung)==>
(Emha Ainun Nadjib/ "Nasionalisme Muhammad" - Islam Menyongsong Masa Depan / Sipress / 1995 / PadhangmBulanNetDok)
Komentar
Posting Komentar