Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Siapa Sebenarnya yang Ingkar Terhadap Al-Qur’an

Gambar
Biasanya , kaum pro-hadits yang kerap kali menjuluki diri mereka sebagai golongan Ahlul Sunnah, mengemukakan beberapa komentar umum mengenai orang-orang yang berpedoman hanya kepada Al-Qur’an : Mereka yang menolak hadits-hadits Bukhari dan kawan-kawan adalah Inkar Sunnah alias kafir. Mereka yang berpedoman hanya pada Al-Qur’an itu telah sesat atau murtad. Mereka yang berpedoman hanya pada Al-Qur’an itu tidak menghargai Muhammad. Mereka yang menolak hadits-hadits Bukhari sama saja dengan menolak Al-Qur’an. Mereka yang menolak hadits-hadits akan membuat bingung dan bahkan sesat orang-orang yang tertarik untuk mempelajari Islam. Bila mengikuti Al-Qur’an ternyata menyesatkan, lalu buat apa ia diwahyukan? Kalau untuk memahami Al-Qur’an diperlukan saringan yang diciptakan oleh “orang-orang pintar,” buat apa ia diakui sebagai petunjuk bagi umat manusia. Bukankah hal ini sama saja dengan bualan belaka? Sekarang akan kita lihat siapa yang sebenarnya inkar terhadap Allah dan Al-Qur’an yang mulia

Tafsir Ngawur Islam Liberal

Gambar
Untuk melegitimasi pendapatnya, kaum liberalis mencomot ayat-ayat al-Quran. Mereka seenaknya menafsirkan ayat-ayat al-Quran untuk menguatkan apa yang mereka yakini kebenarannya. Padahal tafsiran mereka jauh dari kebenaran alias ngawur. Mereka mengatakan “pluralisme adalah keniscayaan dalam agama”.  Ada beberapa  ayat al-Quran yang dianggap sesuai dengan pendapatnya itu. Dengan dalih Tuhanlah yang menghendaki makhlukNya berbeda-beda.  Tidak hanya berbeda dalam realitas fisik saja melainkan juga berbeda-beda dalam ide, gagasan, berkeyakinan termasuk beragama. Ayat al-Quran yang menjadi dalil mereka adalah : “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat”. Ayat yang lain yang semakna dengan ayat di atas : “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja)”. Dengan berhujjah dua ayat di atas mereka mengatakan bahwa ketunggalan dalam beragama dan berkeyakinan tidaklah dikehendaki Tuhan. Sama saj

Al-Qur'an (yang) Ditafsirkan Sekehendak Hati

Gambar
Judul Asli : Penyelewengan Dalil Al-Qur’an! Ternyata, menggunakan dalil Al Qur’an, tidak otomatis benar. Bisa jadi malah salah!! Kalau kemudian, ayat Qur’an yang dibawakannya itu, ditafsiri sekehendak hatinya.  Berikut ini adalah contoh-contoh tentang dikutipnya ayat Al Qur’an yang dipakai sebagai dalil, akan tetapi sebagaimana diungkapkan oleh sahabat Ali radiyallahu anhu ketika menjawab Khawarij, bahwa ini adalah kalimatu haqqin yuradu biha al bathil , kalimat yang haq (benar) namun yang dimaksudkannya adalah (membenarkan) kebathilan. Khawarij Sudah mafhum, tentang firqah ini. Luar biasa (sesatnya). Bahkan Nabi (ketika masih hidup) ditentangnya. Firqah yang dipelopori oleh Dzul Khuwaisirah, yang mencela Nabi ketika membagi ghanimah (harta pampasan perang). Mengatakan Nabi tidaklah adil. Tidak sadar, bahwa yang dicelanya adalah Rasul utusan Allah. Ketika melawan Ali radiyallahu anhu, ada dalil yang dikutip mereka (dan yang mengikutinya), mereka mengatakan kepada Ali: “..innil hukmu il

Al-Qur’an Terpelihara Lafadh dan Maknanya

Gambar
Setelah kita mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus untuk menjelaskan makna-makna al-Qur’an, maka Allah pun menjaga keotentikan hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjamin terpeliharanya al-Qur’an secara lafadh dan maknanya. Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-dzikra (al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (al-Hijr: 9) Tentunya penjagaan ini tidak hanya pada lafadznya. Apa jadinya jika al-Qur’an terjaga lafadznya tetapi tidak terjaga makna-maknanya? Bagaikan penemuan lafadz-lafadz asing peninggalan jawa kuno atau mesir kuno dalam keadaan tidak ada yang mampu memahaminya.. Atau dipahami makna-makna kalimatnya tetapi tidak dipahami maksud-maksudnya sehingga manusia berselisih dan bertikai dalam memahaminya. Sungguh tidak demikian dengan al-Qur’an! Allah memelihara al-Qur’an dengan memelihara pula bahasa Arabnya yang sampai hari ini masih dipakai dan dipergunakan. Demikian pula Allah me

Terpeliharanya Al-Qur'an

Gambar
Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan hitungan-al­adad: peredaran bintang, keseimbangan alam semesta, pemben­tukan manusia, atom, kuantum mekanik, dan bahkan ayat-ayat dalam al-Qur'an sendiri. Mereka terstruktur dengan hitungan yang sistematis dan teliti. "Supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-2 Tuhannya, sedang sebenarnya ilmu-Nya meliputi apap yang ada  pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu." (al-_Jinn 72: 28). AI-Qur'an dalam bahasa Arab berarti "pembacaan". al-Quran mungkin kitab yang paling banyak dibaca di dunia. Per­lu diketahui, sesungguhnya kata Kitab Suci tidak ada di al-Qur'an. Yang ada adalah sebutan Kitab Mulia, Kitab Agung, Kitab Pemurah, dan lainnya. Kitab Suci dikenal karena media, terpengaruh sebutan kitab suci lainnya. Kesempurnaan dalam bahasa tidak dapat ditentang oleh para pujangga. Bahasa dan makna dipadukan. Irama, keselarasan melodi, ritmenya menghasilkan se

Al-Qur'an Terpelihara dari Masa ke Masa

Gambar
Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an di Masa Rasulullah sampai Para Khalifah Pada permulaan Islam bangsa Arab adalah satu bangsa yang buta huruf, amat sedikit di antara mereka yang pandai menulis dan membaca. Bangsa Arab masih belum mengenal kertas seperti yang sekarang ini, jadi bagi mereka yang dapat menulis dan membaca, biasanya menuliskannya pada benda apa saja yang bisa di tulisi. Masa Nabi Muhammad s.a.w Walaupun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf, tapi mereka mempunyai ingatan yang sangat kuat. Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari para pujangga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lain sebagainya adalah dengan hafalan semata. Karena hal inilah Nabi mengambil suatu cara praktis yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur'anul Karim. Setiap ayat yang diturunkan, Nabi menyuruh menghafalnya, dan menuliskannya di batu, kulit binatang, pelapah kurma, dan apa saja yang bisa dituliskan. Nabi menerangkan tertib urut aya

Islam dan llmu Pengetahuan

Gambar
Pemikiran Barat sekarang ini berada di tengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak mungkin pemikir Barat sekarang ini menerima kenyataan bahwa kemungkinan ada pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu pengetahuan. Injil, yang menjadi kepercayaan orang Nasrani, menyatakan pohon di mana Nabi Adam AS dilarang memakannya adalah pengetahuan. Oleh karena itu, setelah dia memakan buahnya, dia memperoleh pengetahuan tertentu yang mana tidak dia peroleh sebelumnya. Dengan alasan inilah orang Eropa membantah bahwa selama dua abad mereka tidak menerima pengetahuan ilmiah yang datang dari orang Islam. Gereja menyatakan bahwa pencarian seperti penge­tahuan ilmiah adalah penyebab dosa yang asli. Uskup menggambarkan bukti mereka dari Perjanjian Lama yang menyebutkan bahwa ketika Adam memakan pohon itu, ia mendapat beberapa pengetahuan, Allah tidak menyukainya dan menolak memberinya kemurahan hati. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah menolak sepenuhnya peraturan ger

Bukti Keaslian Al-Qur'an (Metode Penghafalan dan Konsep Mutawatir)

Gambar
Masyarakat di zaman Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan berita dengan lisan. Mereka saling mengirimkan informasi dari mulut ke mulut. Informasi yang mereka dapatkan juga diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi dengan cara ini, informasi yang tersebar dapat diingat dalam pikiran mereka. Mari kita baca firman Allah dalam surat Al Israa' ayat 106 yang berbunyi:  "Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (Al Israa':106) Jadi Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang dibagi menjadi beberapa bagian dan diwahyukan secara bertahap. Al-Qur'an diwahyukan secara bertahap karena dengan cara ini Al-Qur'an orang-orang semakin mengingat Al-Qur'an. Tuhan mewahyukan beberapa ayat Al-Qur'an pada waktu tertentu, yang dilatarbelakangi peristiwa tertentu, kemudian Rasulullah S.A.W. dan orang-orang menghafalkan ayat-ayat itu. Dan para sahabat yang pandai menulis d

Al-Qur'an dalam Pengembangan Sains dan Teknologi

Gambar
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam harus difungsikan dalam kehidupan sehari-hari, agar tidak terjadi kesenjangan antara norma-norma Al-Qur’an dengan sikap dan tingkah laku kaum muslimin pada umumnya serta para ilmuwan muslim pada khususnya. Ilmuwan adalah orang yang memiliki ilmu berasal dari kata ‘ilmi, menurut makna leksikal Arab berarti saintisme, saintifik, terpelajar, kesarjanaan dan akademik. Ciri khusus (karakteristik) seorang ilmuwan adalah : Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan selalu menegakkan keadilan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3) ayat 18: “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, (demikian pula bersaksi) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”. Senantiasa memperhatikan fenomena alam dan dinamika kehidupannya, serta khusyu, tunduk dan takut hanya kepada Allah ‘Azza Wa Jalla’ (QS. Fathir (35) ayat 27 dan 28) : “Tidakkah kamu perhatikan b