Perbedaan Itu Rahmat Hadits Dhoif Bahkan Bukan Hadits
Perbedaan Itu Rahmat. Demikian kita sering mendengar atau membaca. Ungkapan perbedaan itu rahmat sering dikemukakan ustadz atau penceramah, diikuti oleh jamaahnya.
Seakan-akan, ungkapan "perbedaan itu rahmat" adalah hadits atau ucapan Rasulullah Muhammad Saw. Lengkapnya: Ikhtilafu Ummati Rahmatun - “Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat’.
Padahal, ungkapan itu tidak ditemukan di kitab hadits mana pun. Silakan jika di antara pembaca bisa menunjukkan bahwa itu hadits.
Jelas, perbedaan adalah rahmat adalah Hadits Dhoif, bahkan Bukan Hadits. Faktanya pun, perbedaan bukan menjadi pemersatu, tapi sumber pecah-belah dan masalah.
Tidak mungkin Rasulullah Saw mengeluarkan hadits atau ucapan yang bertentangan dengan fakta sosial. Maka, sekali lagi, ungkapan perbedaan adalah rahmat bukan hadits. Hadits tersebut tidak sah, bahkan batil dan tidak ada sumbernya.
Sebagaimana dibahas almanhaj, Imam Subki berkata: “Saya tidak melihat Hadits tersebut mempunyai sanad yang sah, atau dha’if, atau palsu.”
Aku (Al-Albani) menyatakan: “Hadits yang ada lafadznya adalah: “Perbedaan pendapat di kalangan sahabatku (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah rahmat bagi kamu sekalian”.
Hadits lain berbunyi : “Para sahabatku laksana bintang di langit. Siapa pun di antara mereka yang kamu ikuti, niscaya kamu mendapatkan petunjuk”.
Kedua Hadits ini tidak sah. Hadits pertama sangat lemah dan Hadits kedua palsu. Saya telah menjelaskan analisa terhadap Hadits ini dalam Kitab Adh-Dha’ifah Hadits no. 58, 59 dan 61.”
Hadits palsu tersebut di atas bertentangan dengan Al-Qur’an karena ayat-ayat Al-Qur’an melarang berselisih pendapat dalam urusan agama dan menyuruh bersatu.
Ayat-ayat tentang hal tersebut sudah sangat populer. Akan tetapi, tidaklah mengapa di sini saya paparkan sebagian sebagai contoh, yaitu firman Allah dalam Qs. Al-Anfal (8) ayat 46: “Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.”
Allah juga berfirman dalam Qs. Rum (30) yat 31-32: “Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang musyrik, yaitu mereka mencerai-beraikan agamanya dan bergolongan-golongan. Setiap golongan membanggakan apa yang ada pada mereka.”
Allah berfirman dalam Qs. Hud (11) ayat 118-119: “Mereka terus-menerus berselisih kecuali orang yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu”
Ayat terakhir bahkan menegaskan pertentangan antara berselisih dan rahmat. Orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT tidak akan berselisih. Jadi, mana mungkin perbedaan itu rahmat?
Posting ini sekadar memberi kita pemahaman dan tidak mudah mengutip sebuah ungkapan dan menyatakannya sebagai hadits. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
Seakan-akan, ungkapan "perbedaan itu rahmat" adalah hadits atau ucapan Rasulullah Muhammad Saw. Lengkapnya: Ikhtilafu Ummati Rahmatun - “Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat’.
Padahal, ungkapan itu tidak ditemukan di kitab hadits mana pun. Silakan jika di antara pembaca bisa menunjukkan bahwa itu hadits.
Jelas, perbedaan adalah rahmat adalah Hadits Dhoif, bahkan Bukan Hadits. Faktanya pun, perbedaan bukan menjadi pemersatu, tapi sumber pecah-belah dan masalah.
Tidak mungkin Rasulullah Saw mengeluarkan hadits atau ucapan yang bertentangan dengan fakta sosial. Maka, sekali lagi, ungkapan perbedaan adalah rahmat bukan hadits. Hadits tersebut tidak sah, bahkan batil dan tidak ada sumbernya.
Sebagaimana dibahas almanhaj, Imam Subki berkata: “Saya tidak melihat Hadits tersebut mempunyai sanad yang sah, atau dha’if, atau palsu.”
Aku (Al-Albani) menyatakan: “Hadits yang ada lafadznya adalah: “Perbedaan pendapat di kalangan sahabatku (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah rahmat bagi kamu sekalian”.
Hadits lain berbunyi : “Para sahabatku laksana bintang di langit. Siapa pun di antara mereka yang kamu ikuti, niscaya kamu mendapatkan petunjuk”.
Kedua Hadits ini tidak sah. Hadits pertama sangat lemah dan Hadits kedua palsu. Saya telah menjelaskan analisa terhadap Hadits ini dalam Kitab Adh-Dha’ifah Hadits no. 58, 59 dan 61.”
Hadits palsu tersebut di atas bertentangan dengan Al-Qur’an karena ayat-ayat Al-Qur’an melarang berselisih pendapat dalam urusan agama dan menyuruh bersatu.
Ayat-ayat tentang hal tersebut sudah sangat populer. Akan tetapi, tidaklah mengapa di sini saya paparkan sebagian sebagai contoh, yaitu firman Allah dalam Qs. Al-Anfal (8) ayat 46: “Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.”
Allah juga berfirman dalam Qs. Rum (30) yat 31-32: “Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang musyrik, yaitu mereka mencerai-beraikan agamanya dan bergolongan-golongan. Setiap golongan membanggakan apa yang ada pada mereka.”
Allah berfirman dalam Qs. Hud (11) ayat 118-119: “Mereka terus-menerus berselisih kecuali orang yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu”
Ayat terakhir bahkan menegaskan pertentangan antara berselisih dan rahmat. Orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT tidak akan berselisih. Jadi, mana mungkin perbedaan itu rahmat?
Posting ini sekadar memberi kita pemahaman dan tidak mudah mengutip sebuah ungkapan dan menyatakannya sebagai hadits. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
Komentar
Posting Komentar