Pengertian Lailatul Qadar Lebih Baik dari Seribu Bulan. Kapan Waktunya?
Pengertian Lailatul Qadar Lebih Baik dari Seribu Bulan. Kapan Waktunya?
Lailatul Qadar atau Lailah al-Qodr (Arab: لیلة القدر) adalah satu malam yang khusus terjadi di bulan Ramadhan.
Malam Lailatul Qodar dikenal juga dengan sebutan "Malam Seribu Bulan", yakni malam yang lebih baik dari seribu bilan.
"Malam kemuliaan (lailatul qadar) itu lebih dari seribu bulan” (QS: Al-Qadar:3).
Pahala ibadah pada malam qodr dijelaskan dalam hadits:
“Barangsiapa yang mendirikan lailatul Qadr karena iman dan mengharapkan pahala (dari Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang lalu.” [HR Bukhari dan Muslim]
Kata qaama (mendirikan) pada hadits di atas dapat diwujudkan dalam bentuk shalat, berdzikir, berdo’a, membaca al-Qur-an dan berbagai bentuk kebaikan lainnya.
Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud “lebih baik dari seribu bulan” dalam ayat ini.
Ibnu Bathal dalam Syarah Shahih al-Bukhari mengatakan “Maksud dari ‘lebih baik dari seribu bulan’ ialah mengerjakan amalan yang diridhai dan disukai Allah SWT di malam tersebut, seperti shalat, do’a, dan sejenisnya, lebih utama dibandingkan beramal selama seribu bulan yang tidak ada lailatul qadhar di dalamnya.”
Al-Mawardi di dalam kitab tafsirnya An-Nukat wal ‘Uyun menyebutkan tafsiran ulama terkait maksud ayat di atas.
Terdapat lima penafsiran populer mengenai maksud “lebih baik dari seribu bulan” sebagai berikut:
Kendati ulama berbeda pendapat, namun pada hakikatnya semuanya sepakat bahwa lailatul qadar adalah malam mulia yang sangat baik digunakan untuk beribadah.
Pada malam lailatul Qadar ini, Allah SWT menetapkan (at-taqdiir) semua rezeki, ajal kematian, dan semua peristiwa untuk setahun ke depan, dan para Malaikat mencatat semua hal itu.
Kemulian (al-Qadr), kehormatan, dan suasana malam ini disebabkan oleh diturunkannya (permulaan) Al-Qur-an, atau pada malam ini para Malaikat turun atau turunnya keberkahan, rahmat dan maghfirah pada malam kemuliaan ini.
Orang yang menghidupkan malam ini akan mendapatkan al-Qadr (kemuliaan) yang besar, yang belum pernah dia miliki sebelumnya. Malam ini akan menambah kemuliaannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” [QS. ad-Dukhaan/44: 3]
Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Allah mensifati malam ini dengan keberkahan, karena Dia menurunkan kepada hamba-hamba-Nya berbagai berkah, kebaikan dan pahala pada malam yang mulia ini.”
Maka, lailatul Qadr yang penuh barakah ini mengandung berbagai keutamaan yang agung dan kebaikan-kebaikan yang banyak, di antaranyapada malam mulia Ini dijelaskan semua perkara yang penuh hikmah.
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” [QS. ad-Dukhaan/44: 4]
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma menyatakan, dicatat dari Ummul Kitab pada Lailatul Qadr segala hal yang terjadi pada setahun ke depan berupa kebaikan, keburukan, rizki, ajal hingga keberangkatan menuju ibadah Haji.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan.” [QS. al-Qadr/97: 1]
Disebutkan, maksud dari ayat tersebut adalah turunnya al-Qur-an secara sekaligus (dari Lauh Mahfuzh ke langit pertama (Baitul ‘Izzah) pada lailatul Qadr, selanjutnya diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad Saw.
Pendapat lain mengatakan, maksud ayat di atas adalah permulaan turunnya al-Qur-an terjadi pada Lailatul Qadr.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Qadr:
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyatakan: “Banyak Malaikat yang turun pada malam ini, karena banyaknya barakah Lailatul Qadr ini. Para Malaikat turun bersamaan dengan turunnya barakah dan rahmat, sebagaimana halnya ketika mereka hadir di waktu-waktu seperti ketika al-Qur-an dibacakan, mereka mengelilingi majelis-majelis dzikir, dan bahkan pada waktu yang lain mereka meletakkan sayap-sayap mereka kepada penuntut ilmu sebagai sikap penghormatan mereka terhadap sang penuntut ilmu tersebut."
Menurut jumhur ahli tafsir, maksud kata “war-ruuh” adalah Jibril Alaihissallam. Artinya para Malaikat turun bersama Jibril. Dan Jibril dikhususkan penyebutannya sebagai penghormatan dan pemuliaan terhadap dirinya.
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai ter-bit fajar.” [Al-Qadr 5]
Disebutkan berkenaan dengan makna salaamun yaitu, bahwa pada malam ini tidak terjadi munculnya sebuah penyakit, dan tidak ada satu syaitan pun yang dilepas.
Pendapat yang lain menyatakan, makna salaamun adalah kebaikan dan keberkahan. Maka pada sepanjang malam ini yang terdapat hanya kebaikan, tidak ada kejelekan, hingga terbit fajar.
Pendapat yang lain lagi menyebutkan, bahwa maksudnya adalah para Malaikat mendo’akan keselamatan buat mereka yang menghidupkan masjid (ahlul masjid) pada sepanjang lailatul Qadr ini.
Jumhur ulama bersepakat bahwa lailatul Qadr ini hanya ada pada bulan Ramadhan dan terjadi di salah satu malam ganjil di 10 terakhir Ramadhan atau antara malam 21 s.d. malam ke-29 Ramadhan.
“Carilah lailatul Qadr pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” [HR Bukhari]
Begitu perhatiannya Rasulullah Saw terhadap sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau beri’tikaf di masjid, dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah.
Lailatul Qadar atau Lailah al-Qodr (Arab: لیلة القدر) adalah satu malam yang khusus terjadi di bulan Ramadhan.
Malam Lailatul Qodar dikenal juga dengan sebutan "Malam Seribu Bulan", yakni malam yang lebih baik dari seribu bilan.
Malam Kemuliaan yang penuh bekerkahan ini disebut dalam Al-Qur’an dalam surah Al-Qadr sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam turunnya Al-Quran, dan malam turunnya malaikat Jibril dan malaikat lainnya ke bumi untuk menebar keselamatan.
Firman Allah SWT:
Firman Allah SWT:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Pahala ibadah pada malam qodr dijelaskan dalam hadits:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Kata qaama (mendirikan) pada hadits di atas dapat diwujudkan dalam bentuk shalat, berdzikir, berdo’a, membaca al-Qur-an dan berbagai bentuk kebaikan lainnya.
Pengertian Lailatul Qadar Lebih Baik dari Seribu Bulan
Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud “lebih baik dari seribu bulan” dalam ayat ini.
Ibnu Bathal dalam Syarah Shahih al-Bukhari mengatakan “Maksud dari ‘lebih baik dari seribu bulan’ ialah mengerjakan amalan yang diridhai dan disukai Allah SWT di malam tersebut, seperti shalat, do’a, dan sejenisnya, lebih utama dibandingkan beramal selama seribu bulan yang tidak ada lailatul qadhar di dalamnya.”
Al-Mawardi di dalam kitab tafsirnya An-Nukat wal ‘Uyun menyebutkan tafsiran ulama terkait maksud ayat di atas.
Terdapat lima penafsiran populer mengenai maksud “lebih baik dari seribu bulan” sebagai berikut:
- Ar-Rabi’ : lailatul qadar lebih baik dari umur seribu bulan.
- Mujahid : beramal di lailatul qadar lebih utama dari beramal seribu bulan di selain lailatul qadar.
- Qatadah : lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan yang tidak terdapat di dalamnya lailatul qadar.
- Ibnu Abi Najih dan Mujahid :, seorang dari Bani Israil pernah mengerjakan shalat malam hingga shubuh. Pada waktu paginya, dia berperang sampai sore. Rutinitas ini dilakukannya selama seribu bulan. Lalu Allah SWT mengabarkan bahwa beribadah pada lailatul qadar lebih baik dari amalan yang dilakukan laki-laki tersebut, meskipun selama seribu bulan.
- Beribadah saat lailatul qadar lebih baik dari kekuasan Nabi Sulaiman selama lima ratus bulan dan kekuasaaan Dzul Qarnain selama lima ratus bulan.
Kendati ulama berbeda pendapat, namun pada hakikatnya semuanya sepakat bahwa lailatul qadar adalah malam mulia yang sangat baik digunakan untuk beribadah.
Dalam sebuah tafsiran dikatakan, kata “seribu bulan” dalam ayat di atas sebenarnya mengisyaratkan sepanjang hari. Artinya, sampai kapan pun keutamaan lailatul qadar tidak tergantikan.
Mengapa Dinamakan Lailatul Qodr?
Pada malam lailatul Qadar ini, Allah SWT menetapkan (at-taqdiir) semua rezeki, ajal kematian, dan semua peristiwa untuk setahun ke depan, dan para Malaikat mencatat semua hal itu.
Kemulian (al-Qadr), kehormatan, dan suasana malam ini disebabkan oleh diturunkannya (permulaan) Al-Qur-an, atau pada malam ini para Malaikat turun atau turunnya keberkahan, rahmat dan maghfirah pada malam kemuliaan ini.
Orang yang menghidupkan malam ini akan mendapatkan al-Qadr (kemuliaan) yang besar, yang belum pernah dia miliki sebelumnya. Malam ini akan menambah kemuliaannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah SWT berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Allah mensifati malam ini dengan keberkahan, karena Dia menurunkan kepada hamba-hamba-Nya berbagai berkah, kebaikan dan pahala pada malam yang mulia ini.”
Maka, lailatul Qadr yang penuh barakah ini mengandung berbagai keutamaan yang agung dan kebaikan-kebaikan yang banyak, di antaranyapada malam mulia Ini dijelaskan semua perkara yang penuh hikmah.
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma menyatakan, dicatat dari Ummul Kitab pada Lailatul Qadr segala hal yang terjadi pada setahun ke depan berupa kebaikan, keburukan, rizki, ajal hingga keberangkatan menuju ibadah Haji.
Maksud Malam Diturunkannya Al-Quran
Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Disebutkan, maksud dari ayat tersebut adalah turunnya al-Qur-an secara sekaligus (dari Lauh Mahfuzh ke langit pertama (Baitul ‘Izzah) pada lailatul Qadr, selanjutnya diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad Saw.
Pendapat lain mengatakan, maksud ayat di atas adalah permulaan turunnya al-Qur-an terjadi pada Lailatul Qadr.
Maksud Malaikat Turun ke Bumi
Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Qadr:
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ
“Pada malam itu turun Malaikat-Malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan.” [al-Qadr/97: 4]
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyatakan: “Banyak Malaikat yang turun pada malam ini, karena banyaknya barakah Lailatul Qadr ini. Para Malaikat turun bersamaan dengan turunnya barakah dan rahmat, sebagaimana halnya ketika mereka hadir di waktu-waktu seperti ketika al-Qur-an dibacakan, mereka mengelilingi majelis-majelis dzikir, dan bahkan pada waktu yang lain mereka meletakkan sayap-sayap mereka kepada penuntut ilmu sebagai sikap penghormatan mereka terhadap sang penuntut ilmu tersebut."
Menurut jumhur ahli tafsir, maksud kata “war-ruuh” adalah Jibril Alaihissallam. Artinya para Malaikat turun bersama Jibril. Dan Jibril dikhususkan penyebutannya sebagai penghormatan dan pemuliaan terhadap dirinya.
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Disebutkan berkenaan dengan makna salaamun yaitu, bahwa pada malam ini tidak terjadi munculnya sebuah penyakit, dan tidak ada satu syaitan pun yang dilepas.
Pendapat yang lain menyatakan, makna salaamun adalah kebaikan dan keberkahan. Maka pada sepanjang malam ini yang terdapat hanya kebaikan, tidak ada kejelekan, hingga terbit fajar.
Pendapat yang lain lagi menyebutkan, bahwa maksudnya adalah para Malaikat mendo’akan keselamatan buat mereka yang menghidupkan masjid (ahlul masjid) pada sepanjang lailatul Qadr ini.
KAPAN TERJADINYA LAILATUL QADR?
Jumhur ulama bersepakat bahwa lailatul Qadr ini hanya ada pada bulan Ramadhan dan terjadi di salah satu malam ganjil di 10 terakhir Ramadhan atau antara malam 21 s.d. malam ke-29 Ramadhan.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
Begitu perhatiannya Rasulullah Saw terhadap sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau beri’tikaf di masjid, dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah.
Baca Juga: Cara Mendapatkan Lailatul Qodar
[Sumber: Amalan Dan Waktu Yang Diberkahi, Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir/muslim.or.id/islamqa.info].*
[Sumber: Amalan Dan Waktu Yang Diberkahi, Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir/muslim.or.id/islamqa.info].*
Komentar
Posting Komentar