Hukum Kesalahan yang Dilakukan karena Lupa, Tidak Tahu, dan Terpaksa
Hukum Kesalahan yang Dilakukan karena Lupa, Tidak Tahu, dan Terpaksa.
ADA di pertanyaan di kolom komentar. Ia meminum minuman beralkohol karena TIDAK TAHU. Bagaimana hukumnya, apakah berdosa?
Berikut ini beberapa dalil yang menyebutkan tentang Hukum Kesalahan yang Dilakukan karena Lupa, Tidak Tahu, dan Terpaksa. Intinya, Allah SWT memaafkan perbuatan dosa atau kesalahan yang dilakukan hamba-Nya karena lupa, tidak tahu, dan terpaksa.
Alangkah indahnya Islam. Alangkah Mahakasih dan Mahasayang Allah SWT kepada para hamba-Nya.
Rasulullah Saw besabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ : إِنَّ اللهَ تَـجَاوَزَ لِـيْ عَنْ أُمَّتِيْ الْـخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ. حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَـا
"Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallambersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla memaafkan kesalahan (yang tanpa sengaja) dan (kesalahan karena) lupa dari umatku serta kesalahan yang terpaksa dilakukan.” (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Mâjah, al-Baihaqi, ad-Dâraquthni, al-Hâkim, Ibnu Hibbân).
Dalam Al-Quran, Allah SWT juga menyebutkan doa kaum mukmin yang minta dimaafkan jika melakukan kesalahan dan dimaafkannya dosa yang dilakukan karena tidak disengaja dan lupa (khilaf).
ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan…” (QS Al-Baqarah/2:286).
وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allâh Maha pengampun, Maha penyayang" (QS al-Ahzâb/33:5).
Jelas, orang yang melakukan kesalahan karena lupa, maka ia maafkan atau tidak berdosa. Dengan istigfar dan tidak mengulanginya lagi akan makin sempurna.
Namun, jika lupa wudhu saat shalat, misalnya, maka maka ia wajib mengulangi shalatnya tersebut dengan berwudhu' lebih dulu.
Jika seseorang meninggalkan shalat karena lupa, kemudian ingat, maka ia wajib mengqadha’ shalatnya saat dia teringat.
إِذَا رَقَدَ أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلَاةِ أَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَقِمْ الصَّلَاةَ لِذِكْرَى
"Apabila seseorang diantara kalian tertidur dari shalat atau lupa, hendaklah ia mengerjakannya saat dia teringat. Karena Allâh berfirman (yang artinya), “…Dan dirikanlanlah shalat untuk mengingat-Ku.” [Thâhâ/20:14][4]
Soal lupa yang dimaafkan juga ditegaskan dalam hadits tentang orang yang berpuasa yang lupa.
مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ ، فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ ، فَإِنَّمَـا أَطْعَمَهُ اللّٰـهُ وَسَقَاهُ
"Barangsiapa yang lupa kemudian makan dan minum ketika sedang berpuasa, hendaklah ia meneruskan puasanya karena ia diberi makan dan minum oleh Allâh" (HR Bukhari, Muslim, dll).
Dalam Islam, dosa itu akibat dari niat atau ada unsur kesengajaan. Sedangkan orang yang lupa, tidak tahu, dan lupa jelas tidak ada unsur kesengajaan, sehingga tidak berdosa.
Soal perbuatan karena terpaksa, dan tidak bisa dielakkan, Allah SWT berfirman:
وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَمَنْ يُكْرِهْهُنَّ فَإِنَّ اللَّهَ مِنْ بَعْدِ إِكْرَاهِهِنَّ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allâh Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa. (QS. An-Nûr/24:33).
Tentang hukum dipaksa atau terpaksa, Allah SWT juga menegaskan:
إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ
"Kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)…”(QS. An-Nahl/16:106).
Demikianlah, seseorang tidak bisa dikenai sanksi atau tidak berdosa atas perbuatannya yang dilakukan karena lupa, tidak tahu, dan terpaksa. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).
(Sumber: Al-Quran, Tafri Ibnu Katsir, Shahihain, Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIV/1431H/2010).
ADA di pertanyaan di kolom komentar. Ia meminum minuman beralkohol karena TIDAK TAHU. Bagaimana hukumnya, apakah berdosa?
Berikut ini beberapa dalil yang menyebutkan tentang Hukum Kesalahan yang Dilakukan karena Lupa, Tidak Tahu, dan Terpaksa. Intinya, Allah SWT memaafkan perbuatan dosa atau kesalahan yang dilakukan hamba-Nya karena lupa, tidak tahu, dan terpaksa.
Alangkah indahnya Islam. Alangkah Mahakasih dan Mahasayang Allah SWT kepada para hamba-Nya.
Rasulullah Saw besabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ : إِنَّ اللهَ تَـجَاوَزَ لِـيْ عَنْ أُمَّتِيْ الْـخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ. حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَـا
"Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallambersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla memaafkan kesalahan (yang tanpa sengaja) dan (kesalahan karena) lupa dari umatku serta kesalahan yang terpaksa dilakukan.” (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Mâjah, al-Baihaqi, ad-Dâraquthni, al-Hâkim, Ibnu Hibbân).
Dalam Al-Quran, Allah SWT juga menyebutkan doa kaum mukmin yang minta dimaafkan jika melakukan kesalahan dan dimaafkannya dosa yang dilakukan karena tidak disengaja dan lupa (khilaf).
ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan…” (QS Al-Baqarah/2:286).
وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allâh Maha pengampun, Maha penyayang" (QS al-Ahzâb/33:5).
Jelas, orang yang melakukan kesalahan karena lupa, maka ia maafkan atau tidak berdosa. Dengan istigfar dan tidak mengulanginya lagi akan makin sempurna.
Namun, jika lupa wudhu saat shalat, misalnya, maka maka ia wajib mengulangi shalatnya tersebut dengan berwudhu' lebih dulu.
Jika seseorang meninggalkan shalat karena lupa, kemudian ingat, maka ia wajib mengqadha’ shalatnya saat dia teringat.
إِذَا رَقَدَ أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلَاةِ أَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَقِمْ الصَّلَاةَ لِذِكْرَى
"Apabila seseorang diantara kalian tertidur dari shalat atau lupa, hendaklah ia mengerjakannya saat dia teringat. Karena Allâh berfirman (yang artinya), “…Dan dirikanlanlah shalat untuk mengingat-Ku.” [Thâhâ/20:14][4]
Soal lupa yang dimaafkan juga ditegaskan dalam hadits tentang orang yang berpuasa yang lupa.
مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ ، فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ ، فَإِنَّمَـا أَطْعَمَهُ اللّٰـهُ وَسَقَاهُ
"Barangsiapa yang lupa kemudian makan dan minum ketika sedang berpuasa, hendaklah ia meneruskan puasanya karena ia diberi makan dan minum oleh Allâh" (HR Bukhari, Muslim, dll).
Dalam Islam, dosa itu akibat dari niat atau ada unsur kesengajaan. Sedangkan orang yang lupa, tidak tahu, dan lupa jelas tidak ada unsur kesengajaan, sehingga tidak berdosa.
Soal perbuatan karena terpaksa, dan tidak bisa dielakkan, Allah SWT berfirman:
وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَمَنْ يُكْرِهْهُنَّ فَإِنَّ اللَّهَ مِنْ بَعْدِ إِكْرَاهِهِنَّ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allâh Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa. (QS. An-Nûr/24:33).
Tentang hukum dipaksa atau terpaksa, Allah SWT juga menegaskan:
إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ
"Kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)…”(QS. An-Nahl/16:106).
Demikianlah, seseorang tidak bisa dikenai sanksi atau tidak berdosa atas perbuatannya yang dilakukan karena lupa, tidak tahu, dan terpaksa. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).
(Sumber: Al-Quran, Tafri Ibnu Katsir, Shahihain, Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIV/1431H/2010).
Komentar
Posting Komentar