Sedang Tuhanpun Berbagi(ii)
Saya jadi teringat sebuah diskusi serius di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Soal-soal politik, pembangunan, kebudayaan, sistem-sistem rekayasa kesejarahan, serta berbagai hal 'maha' besar lainnya - diringkas dalam suatu kecamuk perbincangan yang penuh semangat, penuh protes dan intelectual acrobat maupun political erection. Serta kemudian rasa letih. Segala sesuatunya bermuara pada kesimpulan yang pe-nuh keyakinan bahwa sistem yang mengatur segala sesuatu di negeri ini musti dirombak. Kesimpulan itu akhimya diburnbui dengan semacam fatwa kepada masyarakat umum yang dianggap suka berpikir irrasional dan bersikap konservatif dalam banyak hal. Fatwa itu sederhana namun mendasar. Yakni, "Saudara-saudara! Ingin saga tegaskan bahwa yang disebut nasib itu sesungguhnya tidak ada. Yang ada ialah sistem, yang merancang dan mengatur jalannya roda kehidupan, yang membikin tetangga Anda naik mobil dan Anda sendiri naik bus kota ...." Forum lantas menggeremang bagaikan tawon m